2.26.2010

Senggol kaos Dagadu

Cara dagadu melihat dunia, melihat dunia lewat kacamatasmart-smile-djokdja

Sejak awal kelahirannya, Dagadu Djokdja telah memposisikan diri sebagai produk cinderamata alternatif dari Djokdja dengan mengusung tema utama: Everything about Djokdja. Ya artefaknya, bahasanya, kultur kehidupannya, maupun remeh-temeh keseharian yang terjadi di dalamnya. Terminologi “alternatif” digunakan untuk membedakan produk Dagadu Djokdja dengan cinderamata lain dengan karakteristik : memberi bingkai estetika pada hal-hal keseharian yang dianggap sederhana dan remeh; mengungkapkan gagasan dengan gaya bermain-main yang mudah dipahami; memberi penekanan pada asfek keatraktifan melalui bentuk-bentuk sederhana yang mencolok; memilih citra fabrikan ketimbang craft atau kerajinan, baik melalui material yang digunakan maupun unsur-unsur desain dari pemilihan warna hingga finishing.

Mungkin kita bisa mendapat gambaran bagaimana dunia yang universal dan berskala internasional dilihat dan diformulasikan oleh wong jogja, yang notabene mencintai jogjanya. Sejumlah disain seperti Absolut Djokdja: Love Djokdja Absolutely (1997) dan East or West, Djokdja is the best (1996) memberi gambaran bahwa dagadu memandang jogja dengan mesra, bukan dengan tatapan tidak percaya diri. Namun sikap kritis tetap melekat, karena disain dagadu sebisa mungkin memuat pesan yangsmart.

Dengan begitu, realitas jogja dimunculkan lewat pengadopsian tema-tema universal, atau setidaknya dekat dengan wacana internasional namun tetap ada unsur jogjanya. Gambaran tentang Jogja yang nginternasional juga dihadirkan kembali lewat visualisasi yang sudah dikenal luas. Bukankah kita sebelumnya pernah mengenal disain dari merk minuman Absolute Vodka? Dalam iklannya, visualisasi botol sangat kental sekali. Dalam Absolut Djokdja , peran botol tetap dipertahankan dalam mewadahi secuil ke-jogja-an. Dengan imbuhan kata-kata Love Djokdja Absolutely dagadu mencoba menyampaikan bahwasanya keindahan Jogja nggak kalah dengan kenikmatan seteguk Vodka yang citarasanya bisa diterima secara internasional. Hampir mirip, penggunaan ikon juga dipakai pada disain MP Malioboro, Please (1995). Pada tahun itu serial MP (Melrose Place) memang lagi ngetop. Maka ikon ini sangat eye catching. Dengan bangga, tanpa bermaksud primodialis, dagadu ingin mengilustrasikan kalau Jogja secara mutlak mempunyai citarasa yang juga diterima dunia internasional.

Realita masyarakat juga ditampilkan secara cerdik dengan mengadopsi idiom-idiom internasional. Kalau di Inggris punya sebutanSlow but sure, orang Jogja tampaknya tidak keberatan menggambarkan potret dirinya dalam kalimat Alon-alon waton on time (1994) bukan lagi alon-alon waton kelakon. Disain tersebut memang terkesan membela diri, atau setidaknya menampik anggapan bahwa orang jogja itu lelet, nggak cak-cek,malas. Tema senada juga tampak pada disain How Slow can you go! (1998). Lewat pesan yang disampaikan disain itu, Dagadu ingin mengutarakan bahwa wong Jogja itu penuh pikir panjang dan perenungan sebelum melakukan tindakan. Sebab kalau tinggal di Jogja, orang relatif punya banyak waktu untuk berpikir dan merenung. Tak jarang, hasil perenungan panjang itu hasilnya lebih memuaskan, lebih mantap. Jadi, alon-alon tak mengapa,waton on time

Bagi Dagadu, kekurangan bisa saja dijadikan suatu kebanggaan. Keabstrakan bisa dimanfaatkan untuk meninggikan mutu, tanpa terkesan tinggi hati. Seperti halnya disain As you wish! As yo wis! Terserah! (1998) yang mengandaikan suatu mentalitas pasrah dan kurang mau berusaha. Kekurangan atau kemalasan lantas dijadikan idiom yang sedikit lebih cerdas dengan mengkait-kaitkannya dengan idiom yang berbau internasional.

kunjungi juga DAGADU.co.id

2 Responses to “Senggol kaos Dagadu”

saya dulu juga sering beli kaos dagadu di malioboro. klo mau beli buku di tokoku saja ya..ada di rembang lho...

noeparis said...

weehhhhh,,,ng ndiii ????

Leave a Reply